Senin, 21 April 2014

TEORI KEPERAWATAN DOROTHY E. JHONSON








BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
            Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstark yang dapat diorganisir menjadi symbol- symbol yang nyata, sedangkan konsep keperawtan merupakan suatu ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan. Teori itu sendiri merupakan sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa, attau kejadian yang didasari oleh fakta- fakta yang telah diobservasi tetapi kurang absolute atau kurang bukti secara langsung.
            Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam keperawatan sehingga model keperawatan ini mengandung arti aplikasi dari struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat mengingat dalam model praktek keperawatan mengandung komponen dasar seperti adanya keyakian dan nilai yang mendasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin dicapai dalam memberikan pelayanan kepada kebutuhan semua pasien serta adanya pengetahuan dan keterampilan dalam hal ini dibutuhkan oleh perawatat dalam mengembangkan tujuannya.
            Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi kerja melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi untuk menjadikan perawat peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang harus dikerjakan pada saat itu.
            Model konseptual keperawatan digunakan dalam praktek, penelitian dan pengajaran. Oleh karena itu, model harus diperkenalkan untuk memperkuat profesi perawat khususnya dalam mengoreksi pemikiran yang salah tentang profesi perawatan, bahwa perawat merupakan pembantu dokter dan tidak sedikit yang berfikiran bahwa perawat hanya mengikuti perintah dokter.
            Pengembangan dan perluasan pengetahuan perawat untuk meningkatkan keterampilan perawat akan menjadi hal yang cukup penting dalam proses- proses keperawatan yang akan dilakukan, terutama teori- teori dan konseptual keperawatan yang akan memberikan panduan terhadap hal praktek, pendidikan dan penelitian keperawatan.
            Pernyataan ini berkenaan dengan ayat yang telah dijelaskan dalam AlQuran  berikut ini
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا [١٧:٣٦]
Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”.(Q.S Al Israa’/17: 36)

            Karena itulah, teori keperawatan yang saat ini dikembangkan dan diterapkan serta diuji melalui pendidikan dan praktek keperawatan. Semua model menggambarkan 4 konsep yang sama, yaitu:
1.      Orang yang menerima asuhan keperawatan
2.      Lingkungan/ masyarakat
3.      Kesehatan (sehat/ sakit, kesehatan dan penyakit).
4.      Keperawatan dan peran perawat (tujuan/ sasaran, peran dan fungsi)
            Teori- teori keperawatan dibangun atas konsep tersebut untuk menghasilkan suatu model keperawatan. Model keperawatan digunakan dalam praktek, penelitian dan pengajaran.
B.     Tujuan
Dalam penyusunan makalah ini, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui teori keperawatan model Jhonson
2.      Tujuan Khusus
Untuk menjelaskan tentang:
a.       Pandangan Dorothy E. Jhonson mengenai konsep dan teori keperawatan
b.      Konsep utama dan beberapa definisi dalam konteks teori keperawatan
c.       Model konsep dan teori keperawatan Jhonson
d.      Beberapa asumsi dalam teori tingkah laku Jhonson

C.     Manfaat
            Beberapa manfaat yang dihasilkan setelah membaca makalah ini, yaitu bisa mengetahui :
a.       Pandangan Dorothy E. Jhonson mengenai konsep dan teori keperawatan
b.      Konsep utama dan beberapa definisi dalam konteks teori keperawatan
c.       Model konsep dan teori keperawatan Jhonson
d.      Beberapa asumsi dalam teori tingkah laku Jhonson
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.     Pandangan Dorothy E. Jhonson Mengenai Konsep Dan Teori Keperawatan
Dorothy Johnson lahirkan di Savannah, Georgia, pada 1919. Dia seorang Sarjana Muda Dalam Ilmu Pengetahuan Keperawatan dari Universitas Vanderbilt, Nashville, Tennesse, dan tentang ilmu kesehatan dari Harvard. Dia memulai penerbitan idenya tentang keperawatan segera setelah wisuda dari Vanderbilt. Kebanyakan waktunya untuk berkarier sebagai guru di universitas dari California, Los Angles. Dia mengerjakan tugasnya seperti Guru Besar, dan pensiun, 1 Januari,1978, dan setelah itu berada Florida. 
Dorothy Johnson mempengaruhi profesinya melalui penerbitan karyanya  sejak 1950. Sepanjang kariernya, johnson telah menekan kepentingan dari penelitian yang mendasari ilmu perawatan oleh perawat kepada klien. Johnson ialah pencetus awal dari keperawatan sebagai satu pengetahuan seperti halnya satu seni. Yang  juga seorang perawat yang mempunyai satu  pengetahuan yang mencerminkan keduanya,yaitu pengetahuan dan seni. Awalnya, Johnson mengajukan bahwa ilmu pengetahuan dari keperawatan penting bagi perawatan yang dilaksanakan oleh perawat secara efektif yang meliputi satu sintese konsep kunci yang diambil dari dasar dan ilmu terapan.
Pada 1968, Johonson mengusulkan model keperawatannya sebagai wujud  perkembangan dari "Efisien dan Fungsi Tingkah Laku yang Efektif pada Pasien untuk Mencegah Penyakit”.  Diidentifikasi sebagai satu sistem tingkah laku dengan subsistim multipel. Dalam posisi ini Johnson mulai mengintegrasikan konsep berhubungan ke model sistem pekerjaannya, selanjutnya digambarkan oleh pernyataan dari kepercayaan bahwa keperawatan dikaitkan dengan satu orang sebagai satu keutuhan yang terintegrasi dan pada pengetahuan spesifik dari objek yang kita perlukan. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dan mempedulikan keutamaan klien.
Pada pertengahan 1970, beberapa juru keperawatan menerbitkan konsep dari keperawatan yang berlandaskan Johnson yaitu model sistem tingkah laku. Grubbs, Holaday, Skolny, dan Riehl, Damus, dan Bor adalah beberapa pengarang yang menginterpretasikan Jhonson . Roy dan Wu dan orang lain berbagi kepercayaan mereka pada perawat sekitarnya pada waktu yang sama, dan pengaruh Johnson, seperti guru besar mereka, benar-benar dicerminkan pada pekerjaan mereka Pada 1980. Johnson menerbitkan konsepnya "Model Sistem tingkah laku Dari Keperawatan". Karya ini merupakan karya  pertama yang diterbitkan oleh Johnson dan menjelaskan secara lengkap definisi dari model sistem tingkah laku. Evolusinya pada pembangunan dari model kompleks dengan jelas dipertunjukkan pada kemajuan dari idenya, dari pekerjaannnya terpublikasi pada 1950 kemudian karya terakhirnya diterbitkan pada 1980.
Jhonson adalah salah satu dari sekian banyak perawat ahli teori dalam sejarah perkembangan ilmu dan teori konseptual keperawatan.
Pada perkembangan teori keperawatan,secara prinsip, berasal dari tori- teori sosial, biologi, dan medis. Dengan pengecualian karya Florence Nightingale pada tahun 1850-an.
Selama tahun 1970-an, suatu consensus  berkembang di antara pemuka keperawatan bahwa unsur umum dari keperawatan mencangkup sifat keperawatan, (peran/ tindakan), resipien individual dari asuhan klien,konteks dari interaksi  perawat-klien.
Beberapa metode telah digunakan untuk mengembangkan model konseptual keperawatan yang ada. Pada awalanya, ketika para perawat mendapat pendidikan lebih lanjut, dan menjadi terbiasa dengan teori dan disiplin lain, mereka mengenali bahwa teori ini akan berguna dalam menjelaskan tindakan keperawatan. Teori- teori tersebut dipinjam dari displin lain.
Contoh pendekatan ini adalah penggunaan teori system sebagai dasar untuk model system keperawatan (1980). Dengan mengenali pentingnya peran yang dimainkan teori dalam mengembangkan disiplin ilmiah, dan kesadaran bahwa teori dari disiplin lain tidak memadai untuk menggambarkan keperawatan, para perawat mulai mengembangkan teori mereka sendiri.
Jhonson sendiri mencetuskan teorinya yang juga berkaitan dengan teori lain yang telah ada sebelumnya.Teori jhonson ini berkaitan erat dengan konsep perilaku yang telah diuraikan oleh banyak ahli psikologi pada tahun- tahun perkembangan ilmu pengetahuan dunia, yang kemudian berkesinambungan pada ahli- ahli teori setelah Drothy yang mengembangkan kembali teori- teori ini serta menggunakannya pada teori disiplin lain.

Pada table brikut ini dibahas secara ringkas sejarah perkembangan teori keperawatan, termasuk di dalamnya Dorothy E Jhonson, dimana setiap tahun munculnya teori keperawatan dari seorang ahli diikuti oleh sebuah peristiwa pada perkembangan ilmun keperawatan di dunia.


Table 1-2
Sejarah Perkembangan Teori Keperawatan
Peristiwa
Tahun
Perawat Ahli Teori





Era ilmiah para perawat memepertahankan tujuan keperawatan

Proses perkembangan teori didiskusikan kalangna perawat professional





Simposium: Perkembangan teori dalam keperawatan
Symposium:sifat ilmu keperawatan
Dickoff,James dan Weidenbach menuliskan”teori dalam disiplin praktik”dalam Nursing Research
Simposium: sifat ilmu dalam keperawatan
konferensi teori keperawatan pertama

Konferensi teori keperawatan kedua

1860

1952


1960

1961


1964


1966


1966



1967

1968


1969





1970

Florence Nightingale
Menguraikan keperawatan dan lingkungan
Hildegard E. Peplau
Keperawatan sebagai suatu proses interpresional;pasien dengan kebutuhan yang dirasakan
Faye Abdellah (juga 1965;1973)
Pendekatan berpusat pada pasien
Ida Jean Orlando
Hubungan perawat-klien; pendekatan keperawatan bertujuan
Emestine Weidenbach (juga 1970:1977)
keperawatan: filosofi, tujuan, praktik dan kiat
Lydia E. Hall
Inti (pasien), perawatan (tubuh), penyembuhan (penyakit)
Virginia Henderson (juga 1972;1978)
Keperawatan membantu pasien dengan 14 fungsi esensial kea rah kemandirian

Myra Estrin Levine (juga 1973)
empat prinsip konservasi keperawatan












Martha E Rogers (juga 1980)
ilmu tentang manusia sebagai unit;lapang energy, keterbukaan, pola, dan organisasi

Table 1-2
Sejarah Perkembangan Teori Keperawatan (lanjutan.)
Peristiwa
Tahun
Perawat Ahli Teori
Konsensus konsep keperawatan:
perawat/ keperawatan, kesehatan, klien/pasien/ individual, sosial/ lingkungan.
Diskusi tentang apakah teori itu: unsur, criteria, tipe, tingkat, dan kaitannya dengan penelitian
NLN mensyaratkan kerangka kerja konseptual dalam keperawatan
Teori dipinjam dari disiplin lain
teori yang dikembangkan dari disiplin lain
Pengenalan masalah dan pengembangan teori untuk diuji dan digunakan dalam praktik
Konferensi perawat pendidik kedua tentang teori keperawatan
Artikel tentang perkembangan teori dalam ANS, Nursing Research, dan image
Buku-buku yang ditulis untuk para perawat tentang bagaimana cara mengkritik teori, mengembangkan, dan menguraikan aplikasi dari teori-teori keperawatan.
Sekolah keperawatan bergelar mendirikan kursus bagaiman menganalisis dan menerapkan teori.
Study penelitian dalam keperawatan mengidentifikasi teori sebagai kerangka studi
Berbagai buku diterbitkan tentang analsis, aplikasi, evaluasi, dan atau perkembangan teori keperawatan
1971


1971



1973

1974



1976



1978


1978
1979

1980





1981


1982-
sekarang
Drothea E. Orem (juga 1980;1985)
keperawatan memudahkan perawatan diri pasien


Imogene King (juga 1975;1981)
teori tentang pencapaian tujuan melalui transaksi perawata klien.



Suster Calista Roy (juga 1976;1980;1984)
Model Adaptasi Roy:perawat menyesuaikan stimuli pasien (local, kontekstual, atau  residual)
Josephine Patterson dan L. Zderad
keperawatan humanistic


Madeninge Leigner (juga 1980;1981)
keperawatan transkultural
keperawatan caring
Jean Watson (juga 1985)
Filosofi dan Ilmu merawat; keperawatan humanistic
Drorothy E. Jhonson
Model system Perilaku Untuk Keperawatan



Betty Neuman
Model system perawatan kesehatan ; pendekatan individu total

Rosemarie Rizzo Parse (juga 1987)
Manusia-kehidupan-sehat; teori keperawatan




Sumber:Christensen, Paula J. Proses keperawatan: Aplikasi model Konseptual hal: 22
Teori system perilaku Johnson tumbuh dari keyakinan Nightingale yakni tujuan perawatan adalah membantu individu-individu untuk mencegah atau mengobati dari penyakit atau cidera. Ilmu dan seni merawat harus berfokus pada pasien sebagi individu dan bukan pada entitas yang spesifik. Johnson memanfaatkan hasil kerja ilmu perilaku dalam psikologi, sosiologi dan etnologi untuk membangun teorinya . Ia menyandarkan sepenuhnya pada toeri system-sistem dan menggunakan konsep dan definisi dari A.
Rapoport,R. Chin dan W.Buckley. struktur teori system perilakudipolakan sesudah model system; system dinyatakan terdiri dari bagian yangberkaitan untuk melakukan fungsibersama-sama untuk membentuk keseluruhan.Dalam tulisanya, Johnson mengkonseptualkan manusia sebagai system perilaku dimana fungsinya  pada observasi perilaku adalah teori system biologi, yang menyatakan bahwa manusia merupakan system biologi yang terdiri dari bagian biologi dan penyakit adalah hasil gangguan system biologi. Pengembangan teori dari sebuah perspektif filosofis, Johnson menuliskan bahwa perawatan merupakan konstribusi penyediaan fungsi perilaku efektif pada pasien sebelum, selama dan sesudah penyakit.
Ia memakai konsep dari disiplin ilmu lain seperti sosialisasi, motivasi, stimulus, kepekaan, adaptasi dan modifikasi perilaku, untuk mengembangkan teorinya. Johnson mencatat bahwa meski literature menunjukkan ide dukungan lain yaitu bahwa manusia merupakan system perilaku, sejauh yang Ia tahu, ide tersebut adalah asli dari dirinya. Pengetahuan bagian-bagian system perilaku dibahas dalam ilmu-ilmu perilaku, tetapi literature empiris mendukung dugaan bahwa system perilaku merupakan keseluruhan yang belum sama sekali dikembangkan. Dalam system biologis , pengetahuan atas bagian-bagianya lebih dahulu dari pengetahuan keseluruahan system.

B.     Konsep Utama dan Defenisi Dalam Teori Keperawatan
            Teori keperawatan Dorothy E Johnson diukur dengan behavioral system theory. Johnson menerima definisi perilaku seperti diyatakan oleh para ahli perilaku dan biologi: output dari struktur dan proses-proses intra-organismik yang keduanya dikoordinasi dan di artikulasi dan bersifat responsive terhadap perubahan-perubahan dalam sensori stimulation. Johnson memfokuskan pada perilaku yang dipengaruhi oleh kehadiran actual dan tak langsung makhluk social lain yang telah ditunjukkan mempunyai signifikansi adaptif utama.
            Sistem
            Dengan memakai definisi sitem oleh Rapoport tahun 1968, Johnson menyatakan , “ A system is a whole that fungtions as a whole by virtue of the interpedence of its part.” (system merupakan keseluruhan yang berfungsi berdasarkan atas ketergantungan antar bagian-bagiannya). Johnson menerima pernyataan Chin yakni tedapat “organisasi, interaksi, interpedensi dan integrasi bagian dan elemen-elemen”. Disamping itu , manusia berusaha menjaga keseimbangan dalam bagian-bagian ini melalui pengaturan dan adapatasi terhadap kekuatan yang mengenai mereka.
1.      Konsep Perilaku
            Batasan Perilaku
            Perilaku manusia (human behavior) merupakan sesuatu yang penting dan perlu dipahami secara baik. Hal ini disebabkan perilaku manusia terdapat di dalam setiap aspek kehidupan manusia. Perilaku manusia tidak berdiri sendiri. Perilaku manusia mencakup dua komponen, yaitu sikap atau mental dan tingkah laku (attitude). Sikap atau mental merupakan sesuatu yang melekat pada diri manusia. Mental diartikan sebagai reaksi manusia terhadap sesuatu keadaan atau peristiwa, sedangkan tingkah laku merupakan perbuatan tertentu dari manusia sebagai reaksi terhadap keadaan atau situasi yang dihadapi. Perbuatan tertentu ini dapat bersifat positif dapat pula negative. Perlu pula ditekankan bahwa individu dalam merespons atau menanggapi suatu peristiwa atau keadaan, selain dipengaruhi oleh situasi yang dihadapi, juga dipengaruhi lingkungan ataupun kondisi pada saat itu. Selain pengertian tersebut di atas pengertian perilaku dapat pula ditinjau dari aspek biologis.
            Pengertian perilaku dari segi biologis dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku organisasi, misalnya merupakan kegiatan atau aktivitas- aktivitas yang dilakukan dalam organisasi. Adapun perilaku manusia dapat diartikan sebagai aktivitas manusia yang sangat kompleks sifatnya, antara lain perilaku dalam berbicara, berpakaian, berjalan dan sebagainya. Perilaku ini umumnya dapat diamati oleh orang lain. Namun adapula perilaku yang tidak dapat diamati oleh orang lain atau biasa disebut sebagai internal activities seperti, persepsi, emosi, pikiran, dan motivasi.
            Dalam dunia kesehatan, ada dua factor yang mempengaruhi perilaku manusia. Kedua factor tersebut adalah factor keturunan atau genetic dan factor lingkungan (enviromental). Perspektif yang berpusat pada personal mencakup factor biologis dan factor sosiopsikologis. Factor biologis memandang bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh warisan biologis dari kedua orang tua. Sedangkan factor yang mempengaruhi perubahan  perilaku, pada hakikatnya identik dengan factor yang mempengaruhi perkembangan individu. Factor yang dimaksud dapat berupa factor pembawaan (heredity) yang bersifat alamiah, factor lingkungan yang merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya  proses perkembangan, dan factor waktu yaitu saat tibanya masa peka atau kematangan. Ketiga factor tersebut dalam proses berlangsungnya perkembangan individu berperan secara interaktif. Telah dikemukakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh factor keturunan serta factor lingkungan oleh karena itu, kedua factor tersebut ikut menentukan perilaku manusia. Factor keturunan merupakan bawaan dari seseorang yang melekat pada dirinya sebagai warisan dari orang tuanya. Termasuk dalam factor ini antara lain emosi, kemampuan sensasi, kemampuan berfikir (kecerdasan). 

Kata ”Behaviorisme” biasanya digunakan untuk melukiskan isi sejumlah teorimyang saling berhubungan dibidang psikologi, sosiologi dan ilmu-ilmu tingkah laku.      
Ilmu perilaku adalah suatu istilah bagi pengelompkan yang mempunyai cakupan luas termasuk di dalamnya antropologi, sosiologi, dan psikologi. Yang bertujuan mengembangkan pemahaman mengenai kegiatan manusia, sikap, dan nilai-nilai. Setelah psikologi bekembang luas dituntut mempunyai cirri-ciri suatu disiplin ilmu pengetahuan maka jiwa dipandang terlalu abstrak. Sementara itu, ilmu pengetahuan menghendaki objeknya bisa diamati, dicatat, dan diukur.Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang perilaku karena perilaku dianggap lebih muda diamati, dicatat, dan diukur. Arti prilaku mencangkup prilaku yang kasat mata seperti makan, menangis, memasak, melihat, bekerja, dan prilaku yang tak kasatmata, seperti fangtasi, motivasi, dan [proses yang terjadi pada waktu seseorang  diam atau secara fisik tidak bergerak.
            Sebagai objek studi empiris, prilaku mempunyai cirri-ciri sebagai berikut;
a.       Perilaku itu sendiri kasat mata, tetapi penyebab terjadinya perilaku secara langsung mungkin tidak dapat diamati
b.      Perilaku mengenal sebagai tingkatan, yaitu perilaku sederhana dan steriotip, seperti perilaku binatang ber sel satu; perilaku kompleks seperti perilaku sosial manusia; perilaku sederhana, seperti reflex, tetapi ada  juga yang melibatkan proses mental biologis yang lebih tinggi.
c.       Perilaku bervariasi dengan klasifikasi; kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang menunjuk pada sifat rasional, emosional, dan gerakan fisik dalam berperilaku.
d.      Perilaku bisa disadari dan bisa juga tidak disadari.
Kaum notivis beranggapan bahwa factor manusialah (factor P) yang berperang dalam menentukan tingkah laku manusia sehingga apabilah P bersifat X (Px) maka tingkah laku orang itu menjadi x pula (Bx). Demikian pula Py akan menimbulkan By. Seperti seseorang yang memiliki sifat pemarah akan marah dalam menghadapi situasi kesulitan.Sementara itu, seseorang yang sabar akan bertambah sabar dalam situasi yang serupa.Di pihak lain, kaum empiris berpendapat bahwa factor lingkunganlah (factor E) yang menentukan sehingga Ex akan menimbulkan Bx, dan Ey menghasilkan By. Misalnya, jika seseorang dimarahi maka ia akan merasa tidak senang, sedangkan apabilah ia di puji, ia akan merasa senang.  Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis, semua makhluk hidup mulai dari tumbuh- tumbuhan, binatang, sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing- masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktvitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu, perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme respons. Skiner membedakan adanya dua respons.
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,system pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat di klasifikasikan menjadi 3 kelompok;
1.      Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance)
2.      Perilaku pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)
3.      Perilaku kesehatan lingkungan
Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya. Sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatan.
a.       Perilaku hidup sehat
Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Perilaku ini mencakup antara lain;
1.      Maka dengan menu seimbang (appropriate diet)
2.      Olahraga teratur
3.      Tidak merokok
4.      Tidak minum minuman keras dan narkoba
5.      Istirahat yang cukup
6.      Mengendalikan stres
7.      Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan
b.      Perilaku sakit (illness behaviour)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang; penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebainya.

                                                                          Hartina, Samata 28 mei 2012
Gambar 2. Perilsku sakit setiap individu berbeda dengan perilaku individu yang lainnya

c.       Perilaku perang sakit   (the sick role behavior)
Dari segi sosiologi, orang sakit mempunyai perang yang mencakup hak-hak sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri amupun orang lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran seorang sakit (the sick role). Perilaku ini meliputi;
1.      Tindakan  untuk memperoleh kesembuhan
2.      Mengenal atau sarana pelayanan/ penyembuhan penyakit yang layak
3.      Mengetahui hak (misalnya, hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan, dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya terhadap orang lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan,tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain, dan sebagainya)

Domain Perilaku
Meskipun perilaku adalah bentun respons atau reaksi terhadap stimulus atau ransangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.Hal ini berarti meskipum stimulusnya sama bagi beberapa orang , namun respons tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan rtespons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua yakni;
1.      Determinan atau factor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan,yang bersifat given atau bawahan,misalnya; tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2.      Deteminan atau factor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakann factor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama resultante antara bebagai factor, baik factor internal maupun eksternal. Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu kedalam tiga domain, ranah atau kawasan yakni; a) kognitif, b)afektif, c) psikomotor.dalam perkembangannya, teori Bloom ini di modifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni;
1.      Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan inin terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
a.       Proses Adopsi Perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni.
1.      Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu,
2.      Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus
3.      Evaluasi (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya) hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi,
4.      Trial, orang telah mencoba mulai perilaku baru
5.      Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.                        
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgen (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Contohnya ibu-ibu menjadi peserta KB, karena diperintahkan oleh lurah atau ketua RT tampa mengetahui makna dan tujuan KB, maka mereka akan segera keluar dari keikutsertaan dalam KB setelah beberapa saat pemerinta tersebut diterima.
b. Tingkat pengetahuan didalam domain kognitif
            Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan
1.      Tahu (know)
2.      Memahami (comprehension)
3.      Aplikasi (aplication)
4.      Analisis (analysis)
5.      Sintesis (ssynthesis)
6.      Evaluasi (evaluation)

2. Sikap (attitrude)
Sikap merukan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
a.        Komponen Pokok Sikap
1.      Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek
2.      Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3.      Kecenderungan untuk bertindak (tend   to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan,dan emosi memegang  peranan penting.
ILUSTRASI:
 Seorang ibu telah mendengar tentang penyakit polio (penyebab, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu akan berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan  ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat mengimunisasikan anaknya untuk mencegah supaya aaknya tidak terkena polio.
b.      Berbagai tingkatan Sikap
1.      Menerima (receiving)
Menerima diartiakan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatian stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap cerama-cerama tentang gizi.
2.      Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan,dan menyelesaikan tugas yang dibrikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3.      Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan dan mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya sorang ibu yang mengajak ibu yang  lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya) untuk pergi menimbang anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4.      Bertanggun Jawab (responsible)
Bertanggun jawab terhadap sesuatu yang telah dipilinya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan oleh mertuannya dan orang tuanya sendiri.

3.      Praktik atau Tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang muda dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri,orang tua atau mertua, dan lain-lain,praktik ini mempunyai beberapa tingkatan.
1.      Persepsi (perception)
2.      Respons terpinpin (guided response)
3.      Mekanisme (mecanism)
4.      Adopsi (adoption)
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dialkukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Perubahan (adopsi) Perilaku dan Indikatornya
Perubahan atau adopsi baru adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama. Secara teori perubahan perilaku atau seserang menerima atau mengadopsi menerima perilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap.
1.      Pengetahuan
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti dan manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Orang akan melakukan pemberantasan saran nyamuk (PSN) apa bila ia tahu apa tujuan dan manfaatnya bagi kesehatan atau keluarganya, dan apa bahaya-bahaya bila tidak elakukan (PSN) tesebut. Indikator-indikator apa yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan,dapat di kelompokkan menjadi:
a.       Pengetahuan tengtan sakit dan penyakit yang meliputi:
-          Penyebab penyakit
-          Gejala atau tanda-tanda penyakit
-          Bagaimana cara pengobatan atau kemana mencari pengobatan
-          Bagaimana cara penularannya
-          Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi, dan sebagainya.
b.      Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,meliputi;
-          Jenis-jenis makanan yang bergizi
-          Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatan
-          Pentingnya olahraga bagi kessehatan
-          Penyakit-penyakit bahaya ,merokok, minum-minuman keras, narkoba, dan sebagainya bagi kesehatan.
c.       Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
-          Manfaat air bersih
-          Cara-cara pembuangan air limbah yang sehat,termasuk pembuangn kotoran yang sehat, dan sampah
-          Manfaat pencahayaan dan rumah yang sehat
-          Akibat polisi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan dan sebagainya.
2.      Sikap
Telah diuraikan di atas bahwa sikap adalah penilaian (biasa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek, proses selanjutnya  akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan seperti di atas, yakni:
a.       Sikap terhadap sakit dan penyakit
b.      Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
c.       Sikap terhadap kesehatan lingkungan
3.      Praktik atau Tindakan (practice)
Inilah yang disebut praktik kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behaviour). Oleh sebab itu indikator praktik kesehatan ini juga mencangkup hal-hal di atas,yakni:
a.       Tindakan (praktik) sehubungan dengan enyakit
b.      Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
c.       Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan
Secara teori meman perubahan perilaku atau engadopsi perilaku baru itu mengikuti mengikuti tahap-tahap yang telah disebutkan di atas, yakni melalui proses perubahan: pengetahua (know ledge), sikap (attitude), praktik (practice) atau “KAP” (PSP).
Cara mengukur indikator perilaku atau memperoleh data atau informasi tentang indikator-indikator perilaku tersebut, untuk pengetahuan, sikap, dan praktik agak berbeda.
Aspek Sosio-Psikologi Perilaku Kesehatan
            Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain: susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan belajar. Susunan saraf pusat memengan peranan penting dalam perilaku manusia, karena perilaku merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsang yang masuk ke rangsang yang di hasilkan.Perpindahan ini dihasilkan oleh susunan saraf pusat dengan unit-unit dasarnaya yang di sebut neuron. Neuron memindahkan energi-energi didam impul-impul saraf. Impul-impul saraf indra pendengaran, penlihatan, pembauan, pencecepan, dan perubahan disalurkan dari tempat terjadinya rangsangan melalui impul-impul saraf ke susunan saraf pusat.
             Perubahan-perubahan perilaku di dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya. Setiap orang empunyai persepsi yang berbeda, meskipun objeknya sama. Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan yang tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku. Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi berhungan erat dengan keadaan jasmani. Sedan keadaan jasmani merupakan hasil keturunan (bawaan). Dalam proses pencapaian kedewasaan pada manusia semua aspek yang berhungan dengan keturunan dan emosi akan berkemban sesuai dengan hukum perkembangan. Oleh karena itu, perilaku yang timbul karena emosi merupakan perilaku bawaan.
            Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku terbentuk melalui proses tertentu, dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang memengan peranan dalam pembentukan perilakudapat dibedakan menjadi dua yakni faktor intern dan ekstern.Faktor intern berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi dan sebagainya untuk mengolah  pengaruh dari luar. Faktor ekstern meliputi: objek, orang, kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya. Kedua faktor tersebut akan dapat terpadu menjadi perilaku yang selaras dengan lingkungannya apabila perilaku yang terbentuk dapat diterima oleh lingkungannya, dan dapat diterima oleh individu yang bersangkutan.
            Konsep perilaku yang diterima secara luas ialah yang memandang perilaku sebagai variabel pencampur (intervening variable), oleh karena ia mencampuri atau mempengaruhi responsi subjek terhadap stimulus.
            Menurut konsepsi ini maka perilaku adalah pengoganisasian proses-proses psikologi oleh seseorang yang memberikan predisposisi untuk melakukan responsi menurut cara tertentu terhadap sesuatu kelas atau objek-objek.
            Hubungan individu dengan lingkungan sosial yang saling mempengaruhi. Setiap individu sejak lahir berada di dalam suatu kelompok,terutama kelompok keluarga. Maka perilaku setiap individu anggota kelompok berlangsung didalam suatu jaringan normatif, demikian pula perilaku individu tersebut terhadap masalah-masalah kesehatan.
Hubungan Individu dengan Lingkungan Sosial
Keterangan
1.      Perilaku kesehatan individu: sikap kebiasaan individu yang erat kaitannya dengan lingkungan.
2.      Lingkungan keluarga: kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai kesehatan.
3.      Lingkungan terbatas: tradisi, adat-istiadat, dan kepercayaan masyarakat sehubungan dengan kesehatan
4.      Lingkungan umum: kebijakan-kebijakan pemerintah dibidang kesehatan, undang-undang kesehatan, program-program kesehatan, dan sebagainya.

Perilaku Umum Manusia
Perilaku merupakan totalitas penhayatan dann aktivitas, yang merupakan hasil akrir jalinan yang saling mempengaruhi antara berbagai macam gejala seperti perhatian, pengamatan, pikiran, ingatan, dan fantasi. Perilaku manusia selalu kompleks. Gejala-gejala jiwa yang saling mempengaruhi dalam bentuk perilaku manusia tersebut antara lain sebagai berikut:
1.      Pengamatan
Pengamatan adalah pengenalan objek dengan cara melihat, mendengar, meraba, mencium , dan mengecap.
a.       Penglihatan
Penglihatan adalah pengenalan objek melalui mata (melihat). Berdasarkan objeknya,penglihatan digolongkan menjadi tiga golongan.
1.      Melihat bentuk
2.      Melihat dalam, yakni melihat objek berdimensi tiga
3.      Melihat warna
a.       Nilai efektif warna
Warna mempunyai pengaruh terhadap perilaku oranng, yaitu berbentuk reaksi dan perbuatan.
b.      Nilai lambang warna
Warna mempunyai sifat-sifat potensial dalam abstrak, dan memberi kesan tertentu kepada seseorang sehingga dalam lingkungan kebudayaan tetentu warna merupakan lambang suatu sifat tertentu. Misalnya, putih melambangkan kesucian, hitam melambangkan kesedihan, merah jambu melambangkan cinta.
1.      Pendengaran
Pendengaran adalah menangkap bunyi (suara) dengan indra pendengaran. Bunyi mempunyai dua fungsi, yakni sebagai tanda dan sebagai lambing. Dalam kehidupan sehari-hari bunyi berfungsi sebagai pendukung arti sehingga yang ditangkap oleh individu adalah artinya bukan bunyinya.
2.      Modalitas pengamatan yang lain
2. Perhatian
Beberapa macam perhatian:
a.       Macam perhatian berdasarkan intensitasnya (banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu kegiatan)
1.      Perhatian intensif
2.      Perhatian tidak intensif
b.      Macam perhatian berdasarkan cara timbulnya
1.      Perhatian spontan
2.      Perhatian disengaja
c.       Macam perhatian atas dasar luasnya objek yang dikenai perhatian
1.      Perhatian terpencar (distributif)
2.      Perhatian terpusat (konsentrtif)
Hal-hal yang menarik perhatian
1.      Pandangan dari segi objek
2.      Pandangan dari segi subjek
    3. Tanggapan
            Setelah melakukan pengamatan (melihat, mendengar, membau, dan sebagainya) maka akan terjadi gambaran yang tinggal dalam ingatan. Gambran yang tinggal dalam ingatan inilah yang disebut tanggapan.
    4. Fantasi
            Fantasi adalah kemampuan untuk membentuk tanggapan-tanggapan yang telah ada.
    5.Ingatan
            Ingatan adalah kemampuan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksikan kesan
            Tiga hal yang selalu berhubungan di dalam perilaku
            Dari batasan-batasan tersebut para ahli sendiri mempunyai pandangan yang berbeda-beda dalam menganalisis bakat. Namun demikian pada umumnya mereka sependapat bahwa analisis terhadap bakat slalu seperti analisis psikologi yang lain, yakni analisis tenteng tingkah laku. Analisis tersebut menunjukkan bahwa di dalam tingkah laku terdapat tiga hal yang selalu berhubungan, yakni:
1)      Bahwa individu melakukan sesuatu
2)      Bahwa apa yang dilakukan merupakan sebab atau alasan bagi hal tertentu
3)      Bahwa dia melakukan sesuatu dengan cara tertentu
 c.Tiga aspek tingka laku
            Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa tingka laku mengandung tiga aspek.
1.      Aspek tindakan (performance)
2.      Aspek sebab akibatnya (a person causes a result)
3.      Aspek ekspresif

1.      Respondent Respons atau reflexive, yakni respon yang di timbukan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation krena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

            ILUSTRASI:
Makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan makanan tersebut, cahaya terang dapat mengakibatkan mata kita tertutup, dan sebagainya.
2.      Operant respon atau respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian di ikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perasangang ini di sebut reinforcing stimulation  atau reinforcer, karena memperkuat respon.

ILUSTRASI:
Apabila seorng petunas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik(respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulasi baru) maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam menjalankan tugasnya
            Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua.
1.      Perilaku tertutup (covert behaviour)
            Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati seara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut covert behaviour atau unobservable behaviour,

ILUSTRASI:
            seorang ibu hamil tahu bahwa pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks bebas tanpa pengaman, dan sebagainya.
            Adapula pendapat lain mengatakan bahwa perilaku tertutup ini tedapat pada individu-individu yang mempunyai sikap keterbukaan yang sangat minim, dimana kurang kepercayaan terhadap makhluk hidup yang ada di sekitarnya.

                                                      
Hartina, Samata 26 Mei 2012
gambar 1 sebagai salah satu ciri perilaku tertutup yaitu kecenderungan individu
 untuk menjauh dari keramaian dan cenderung memilih tempat- tempat yang tenang bagi dirinya.

2.      Perilaku terbuka (overt behaviour)
            Respon seseoarang terhadap stimulasi dalam bentuk tindakan nyata dan terbuka. Respons terhadap stimulasi tersebut sudah jelas bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat dapat di amati atau dilihat oleh orang lan. Oleh sebaba itu di sebut over behaurior, tindakan nyata atau praktik (practice).
            ILUSTRASI:
            Seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk di imunisasi, atau penderia TB paru minum obat secara teratur, dan sebagainya.
            Seperti telah di sebutkan di atas, sebagaian besar prilaku manusia adalah operant respons. Oleh sebab itu, untuk membentuk jenis respons atau prilaku di ciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang di sebut operant conditioning. Prosedur pembentukan prilaku dalam operant conditioning ini menurut Skiner adalah sebagai berikut.
a.       Melakukan indentifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupah hadiah- hadiah atua  rewards bagi perilaku yang akan di bentuk.
b.      Melakukan analisi untuk mengindentifikasikan komponen-komponen kecilyang membentuk prilaku yang di kehendaki kemudian komponen-komponen tersebut di susun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya prilaku yang di maksud
c.       Mengunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara, mengindetifikaasi  reinforce atau hadiah untuk masing-masing komponen tersebut.
d.      Melakukan pembentukan perilaku dengan mengunakan urutan komponen yang telah tersusun. Apabila komponen pertama telah di lakukuan, maka hadianya dibrikan. Hal ini akan megakibatkan komponen atau prilak(tindakan) tetrsebut cenderung akan sering di lakukan. Kalu in sudah terbentuk maka di lakukuan komponen (perilaku) yang kedua yang kemudian di berikan hadiah (komponen pertamatidak memerlukan hadiah lagi). Demikian berulang- ulang sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu di lanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh prilaku yang di harapkan terbentuk.
ILUSTRASI:
               Misalnya di kehendaki agar anak mempuyai kebiasan mnengosok gigi sebelum tidur.  Untuk berprilaku seperti ini maka anak tersebut harus:
-          Prilaku kamar mandi sebelum tidur,
-          Mengambil sikat dan odol
-          Mengambil air dan berkumur,
-          Melaksanakan mengosok gigi,
-          Menyimpan sikat gigi dan odol,
-          Pergi ke kamar tidur
             Kalau dapat diidentifikasi hadiah-hadiah (tidak berupa uang) bagi masing masing komponen prilaku tersebut (komponen 1-6), maka akan dapat dilakukan pembentukan kebiasaan tersebut.
            Contoh- contoh ilustrasi diatas adalah suatu penyederhanaan prosedur pembentukan prilaku melalui operant conditioning. Di dalam kenyataannya prosedur itu banyak dan bervariasi sekali dan lebih kompleks daripada contoh di atas.
2.      Subsistem
Karena behavioral system memiliki banyak tugas untuk dikerjakan, bagian-bagian system berubah menjadi subsistem-subsistem dengan tugas tertentu. Suatu subsistem merupakan “system kecil dengan tujuan khusus sendiri dan berfungsi dapat dijaga sepanjang hubunganya dengan subsitem lain atau lingkungan tidak diganggu.
Tujuh subsistem yang di identifikasi oleh Johnson bersifat terbuka, terhubung dan saling berkaitan (interealated). Motivasi mengendalikan langsungaktifitas subsistem-subsistem ini yang berubah secara kontinyu dikarenakan kedewasaan, pengalaman dan pembelajaran . system yang dijelaskan tampak ada cross-culturally dan di control oleh factor biologis, psikologi dan sosiologi, tujuh elemen yang diidentifikasi adalah attachment-affiliative, dependency, ingestive, eliminative, sexual, achievement dan aggressive.
1.      Subsitem attachement-affiliative.
Subsistem attacement-afiliative mungkin merupakan yang paling kritis, karena subsistem ini membentuk landasan untuk semua organisasi social. Pada tingktan umum, hal itu memberikan kelangsungan (survival) dan keamanan (security). Sebagai konsekuensinya adalah inklusi social, kedekatan (intimacy) dan susunan serta pemeliharaan ikatan social yang kuat.
2.Subsistem dependency
Dalam hal paling luas, subsistem dependency membantu mengembangkan perilaku yang memerlukan respon pengasuhan . konsukuensinya adalah bantuan persetujuan, perhatian atau pengenalan dan bantuan fisik. Pengembanganya, perilaku dependency berybah dari hamper, bergantung total kepada orang lain kea rah bergantung total kepada orang lain kearah bergantungkepada diri sendiri dengan derajat yang lebih besar . jumlah interpedency tertentu adalah penting untuk kelangsungan kelompok social
3. Subsistem biologis
Subsistem biologis ingestion dan eliminasi “ berkaitan dengan kapan, bagaimana apa, berapa banyak dan dengan kondisi apa kita makan dan kapan, bagaimana dan dengan komdisi apa kita makan dan dengan kondisi apa kita buang.” Respon-respon ini dikaitkan dengan social dan psikologis seperti halnya pertimbangan biologis.
4. Subsistem seksual
Subsistem seksual memiliki fungsi ganda yakni hasil (procreation) dan kepuasan (gratification). Termasuk tapi tidak dibatasi. Courting dan mating, system respon ini dimulai dengan perkembangan identitas jenis kelamin dan termasuk (dalam cakupan yang luas)perilaku-perilaku berdasar prinsip jenis kelamin.
5.      Subsistem agresif
Adalah perlindungan (protection) dan pemeliharaan (preservation). Hal ini mengikuti garis pemikiran ahli ethologi seperti Lorenz dan feshback bukanya dengan bantuan pemikiran perilaku sekolah. Dianggap perilaku agresif tidak hanya di pelajari tapi memiliki maksud utama membahayakan yang lain. Bagaimanapun, masyarakat meminta batasan-batasan tersebut diletakkan pada mode perlindungan diri dan orang-orang serta harta milik mereka dihormati dan dilindungi.
6. Subsistem achievement
Subsistem achievement berusaha memanipulasi lingkungan. Fungsinya mengontrol atau menguasai aspek pribadi atau lingkungan pada beberapa standar kesempurnaan . cakupan perilaku prestasi termasuk kemampuan intelektual , fisikis, kreatif, mekanis dan social.
Johnson kemudian mengidentifikasi konsep-konsep lain yang menggambarkan lebih jauh teori manusia sebagai system perilaku(behavioral system). Hal yang membedakan antara apa yang ada di dalam dan apa yang di luar system adalah ikatan (boundary). Ini merupakan titik (point) dimana system memiliki control kecil atau pengaruh pada hasil-hasil. Equilibrium didefinisikan “ sebagai kondisi akhir yang stabil tetapi lebih atau kurang kekal, dimana didalamnya individu berada dalam keselarasan dengan dirinya dan dengan lingkunganya.
Homeostasis adalah proses menjaga stabilitas dalam system perilaku. Stabilitas adalah pemeliharaan suatu level atau daerah perilaku tertentu yang dapat diiterima. Ketidakstabilan (instability) terjadi saat system mengalami overcompensate berkaitan dengan strees (tekanan). Ketika output energi tambahan digunakan untuk menjaga stabilitas dikosongkan . stressor adalah stimulan eksternal dan internal yang menghasilkan tegangan(tension) dan menyebabkan ketidakstabilan . tensi adalah kondisi dalam keadaan tegang atau kendor . ia disebabkan karena disequilibrium dan merupakan sumber potensi perubahan.
Pandangan Johnson  tentang manusia seperti mempunyai dua sistem utama, sistem biologi dan sistem tingkah laku. Ini adalah peran dari sistem pengobatan untuk memfokuskan pada sistem biologi, sedangkan fokus keperawatan adalah sistem tingkah laku.
Ada pengenalan dari aksi timbal balik yang terjadi di antara sistem biologi dan tingkah laku ketika beberapa jenis dari kelainan fungsi tubuh terjadi di yang lain sesuatu dari sistem.  Yang dapat dipengaruhi oleh tiga unsur utama.
*      Masyarakat
*      Kesehatan
*      perawat  

                       
Sumber:Christensen, Paula J. Proses keperawatan: Aplikasi model Konseptual hal: 50

Masyarakat
Berhubungan dengan lingkungan dimana seseorang berada. Menurut  Johnson, perilaku seseorang dipengaruhi oleh semua peristiwa pada lingkungan. Pengaruh budaya pada perilaku seseorang  dipandang dari dalam. Ini adalah rasakan pada banyak alur, yang membedakan budaya ke budaya yang bebeda, yang mempengaruhi perilaku spesifik pada sekelompok orang-orang, meskipun bisa jadi seluruh anggota masyarakat atau individu ada yang sama.
Kesehatan  
Adalah penuh arti, yang dapat menyesuaikan diri,tanggapan,fisik, secara mental,emosional ,dan secara sosial, ke stimuli  internal dan eksternal agar memelihara kemantapan hidup. Model tingkah laku Jhonson mendukung bahwa seseorang  mencoba untuk memelihara keseimbangan.
Perawat
Perawat mempunyai satu masukan primer yaitu  untuk membantu perkembangan keseimbangan pada seseorang. Hal Ini mempertimbangkan praktek dari perawat dengan individu pada apapun titik pada rangkaian penyakit kesehatan. Perawatan  implementasi mungkin memfokuskan pada perubahan dari satu perilaku yang mendukung untuk memelihara keseimbangan seseorang . Di teori lebih awal, Johnson memfokuskan perawatan pada individu yang terganggu keseimbangannya. Oleh  Jhonson pada 1980, dia menyatakan keperawatan itu mempunyai kaitan dengan utuh terorganisir dan terintegrasi, tapi itu fokus utama di di dalam memelihara satu seimbang pada sistem tingkah laku ketika penyakit terjadi pada perorangan.

C.     Model Konsep dan Teori Keperawatan Jhonson
            Model konsep dan teori keperawatan menurut jhonson adalah dengan pendekatan sistem perilaku, dimana individu dipandang sebagai sistem perilaku yang selalu ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas, baik di lingkungan internal maupun di lingkungan eksternal juga memiliki keinginan dalam mengatur dan menyesuaikan dari pengaruh yang ditimbulkannya. Sebagai suatu sistem, di dalamnya terdapat komponen subsistem yang membentuk sistem tersebut, di antara komponen subsistem yang membentuk sistem perilaku tersebut, menurut Jhonson adalah:
            Berdasarkan subsistem tersebut di atas, maka akan terbentuk sebuah sistem perilaku individu, sehingga Jhonson memiliki pandangan bahwa keperawatan dalam mengatasi permasalahan tersebut harus dapat berfungsi sebagai pengatur agar dapat menyeimbangkan sistem perilaku tersebut. Klien dalam hal ini adalah manusia yang mendapat bantuan perawatan dengan keadaan terancam atau potensial oleh kesakitan atau ketidakseimbangan penyesuaian dengan lingkungan. Status kesehatan yang ingin dicapai adalah mereka yang mampu berperilaku untuk memelihara keseimbangan atau stabilitas dengan lingkungan.
            Dorothy E. Jhonson meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu individu memfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efisien untuk mencegah timbulnya penyakit. Manusia adalah makhluk yang utuh dan terdiri dari dua sistem yaitu sistem biologi dan tingkah laku tertentu. Lingkungan termasuk masyarakat adalah sistem eksternal yag berpengaruh terhadap perilaku seseorang.
            Seseorang dikatakan sehat jika mampu berespons adaktif baik fisik, mental, emosi dan sosial terhadap lingkungan internal dan eksternal dengan harapan dapat memelihara kesehatannya. Asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu keseimbangan individu terutama koping atau cara pemecahan masalah yang dilakukan ketika ia sakit.
            Menurut jhonson, ada empat tujuan asuhan keperawatan kepada individu yaitu agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, mampu beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan orang lain atau produktif seta mampu mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya.
            Johnson meyakini masing-masing individu telah memiliki pola, penuh arti, berulang, jalan dari akting yang termasuk satu sistem tingkah laku spesifik  ke individu itu. Aksi ini atau perilaku dari satu “ terorganisir dan unit fungsional yang terintegrasi yang menentukan dan membatasi interaksi di antara orang dan lingkungannya dan mendirikan hubungan dari orang ke objek, peristiwa dan keadaan pada lingkungannya. johnson mengidentifikasi tujuh subsistim pada sistem tingkah laku. Identifikasi ini dari tujuh subsistim berlawanan dengan lain yang punya menerbitkan penafsiran dari meodel Johnson.
            Fungsi optimal dari subsistim affiliative memgiijinkan "pemasukan sosial, keakraban pada formasi dan lampiran dari satu kemasyarakatan yang kuat dan terikat". subsistem satu pemberi kekhawatiran berpengaruh telah ditemukan secara kritis untuk survival dari satu bayi. Pada proses kematangan perorangan, lampiran ke pejabat berlanjut dan lampiran tambahan ke individu berpengaruh nyata yang lain saat mereka memasuki keduanya anak dan kemudian menjadi dewasa.
Model dari Johnson mempunyai tujuh subsistem yang saling tergantung. Gangguan yang terjadi pada subsistem dapat mengganggu subsistem lainya. Masing-masing subsistem mempunyai fungsi yang unik atau tugas khusus yang penting untuk suatu performa terintegrasi dari keseluruha subsistem dan masing-masing mempunyai struktur dan fungsi. Empat unsur structural memengaruhi setiap subsistem. Unsur pertama adalah tujuan atau dorongan, didefenisikan sebagai tujuan dari perilaku dan konsekuensi yang ingin dicapai. Secara umum tujuan masing-masing subsistem adalah universal namun terdapat variasi individual. Unsur kedua, set subsistem individu mencerminkan “predisposisi tindakan yang akan dilakukan oleh seseorang mengacu pada tujuan” (Johnson, 1990). Set membedakan rentang perilaku yang tersedia bagi individu untuk mencapai tujuan tertentu. Perilaku yang dipilih terbentuk melalui pembelajaran, penguasaan, dan pengalaman. Unsur ketiga, masing-masing subsistem mempunyai pilihan perilaku alternative untuk mencapai tujuan khusus. Tujuan dicapai melalui perilaku subsistem individual, yang merupakan satu-satunanya aspek yang dapat diamati dari setiap subsistem. Perilaku ini diteliti untuk mengetahui efesiesinya dalam mencapai tujuan.
Masing-masing subsistem mempunyai suatu set respons atau kecenderungan perilaku yang telah ditetapkan dan diarahkan kepada tujuan atrau dorongan yang umum. Respons-respons tersebut dibentuk melalui kematangan,pengalaman, dan pembelajaran. Respons dipengaruhi oleh factor-faktor psikososial. Seiring waktu , respons dapat dimodifikasi,tetapi suatu pola respons berulan yang dapat diamati terus berlanjut.
Adapun tujuh komponen subsistem menurut Dorothy E. Jhonson, Masing-masing dari ketujuh dari ketujuh subsistem mempunyai tujuan yang unik, yaitu sebagai berikut:
1.      Ketergantungan
            Ketergantungan, merupakan bagian yang membentuk sistem perilaku dalam mendapatkan bantuan, kedamaian, keamanan serta kepercayaan.
Subsistim detik diidentifikasi oleh Johnson adalah subsistim ketergantungan. Johnson mencirikan subsistim ketergantungan dari lampiran atau subsistim affiliative. Perilaku ketergantungan adalah “ membantu ” perilaku itu memelihara perilaku dari individu lain pada lingkungan. Hasil dari perilaku ketergantungan adalah “ persetujuan, perhatian atau bantuan pengenalan dan fisik ”. Sulit untuk memisahkan subsistim ketergantungan dari affiliative atau subsistim lampiran karena tanpa seseorang diinvestasikan di atau terlampir ke perorangan untuk menjawab ke individu itu merupakan  perilaku ketergantungan, subsistim ketergantungan harus menghidupkan lingkungan yang berfungsi/berguna.
Ketergantungan-mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan guna mendapat bantuan, perhatian, kepastian, dan keamanan; bantuan dalam mencapai dukungan, perhatian, kepercayaan, dan sokongan.
2.      Ingestive
Ingestif, yaitu sumber dalam memelihara integritas serta mencapai kesenangan dalam pencapaian pengakuan dari lingkungan.
Subsistim ingestive berhubungan ke perilaku mengepung masukan dari makanan. Ini berhubungan ke sistem biologi. Bagaimanapun, penekanan untuk keperawatan, dari perspektifnya Johnson, adalah berarti dan struktur dari peristiwa sosial untuk memperoses makanan ketika makanan dimakan. Perilaku berhubungan ke proses pencernaan dari makanan mungkin berhubungan lebih untuk menginginkan secara sosial bisa diterima pada satu budaya tertentu dibandingkan ke kebutuhan biologi dari perorangan. 
Ingestif-mengambil dari lingkungan sumber-sumber yang diperlukan untuk mempertahankan integritas, mencapai kepuasan, dan menginternalisasi lingkungan eksternal (Gruubs, 1980)
3.      Eliminative
Eliminasi, merupakan bentuk pengeluaran segala sesuatu dari sampah atau barang yang tidak berguna secara biologis atau dapat dikatakan bahwa Eliminasi-mengeluarkan produk-produk sisa biologis dari system.
Subsistim eliminative berhubungan ke perilaku mengepung eksresi dari sisa buangan dari tubuh. Johnson mengakui ini mungkin sulit terpisah dari satu perspektif sistem biologi. Bagaimanapun, seperti dengan proses pencernaan sekitar perilaku dari makanan, ada secara sosial perilaku bisa diterima untuk waktu dan tempat untuk manusia ke eksresi dari limbah, telah mendefinisikan berbeda secara sosial perilaku yang dapat diterima untuk eksresi dari limbah, tapi keberadaan dari hal itu pola yang tersisa dari budaya ke budaya. 
4. Seksual  
Seksual, digunakan dalam pemenuhan kebutuhan mencintai dan dicintai. Maka hilang dan terpenuhinya kebutuhan ini juga akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam proses keperawatan. Seksual-menciptakan dan memuaskan perasaan tertarik dan mengasihi orang lain
Subsistim seksual mencerminkan tingkah laku berhubungan ke prokreasi. Biologi berdua dan pengaruh faktor kemasyarakatan perilaku pada subsistim seksual. Lagi, perilaku berhubungan ke budaya dan akan membedakan dari budaya ke budaya. Perilaku juga akan bervariasi sesuai dengan genus dari perorangan. Kunci adalah itu merupakan suatu masukan pada semua masyarakat yang mempunyai hasil yang sama perilaku bisa diterima oleh masyarakat luas
5.      Agresif
Agresif, merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri atau perlindungan dari berbagai ancaman yang ada di lingkungan sekitar.
Agresif-melindungi diri dan orang lain dari benda-benda, orang, ide-ide yang memiliki potensi mengancam; berfungsi sebagai mekanisme perlingdungan diri.
Agresif, subsistim berhubungan ke perilaku mengaitkan dengan perlindungan dan penyelamatan. Johnson melihat subsistim agresif seperti sesuatu bahwa menghasilkan tanggapan bertahan dari perorangan ketika hidup atau wilayah diancam. Subsistim agresif tidak meliputi perilaku itu dengan satu penggunaan primer untuk melukai individu lain. 
6.      Gabungan / tambahan
Gabungan/ tambahan, merupakan pemenuhan kebutuhan tambahan dalam mempertahankan lingkungan yang kondusif dengan penyesuaian dalam kehidupan sosial, keamanan, dan kelangsungan hidup.
Afiliatif atau kelekatan-berhubungan atau menjadi bagian dari sesuatu atau seseorang. Tujaunnya adalah mencapai inklusi sosial, keakraban, dan ikatan sosial yang kuat untuk amanah dan akhirnya un tuk bertahan.
Akhirnya, subsistim perampungan menimbulkan perilaku coba itu untuk mengontrol lingkungan. Intelektual, fisik, kreatif, mekanik, dan perampungan keterampilan sosial adalah beberapa area yang Johnson kenali. Area lain dari pemenuhan pribadi atau sukses juga boleh diliputi di subsistim ini.

7.      Achievement
Achievement, merupakan tingkat pencapaian prestasi melalui keterampilan yang kreatif dalam perilaku kehidupan seseorang. Pencapaian-menguasai atau mengendalikan diri atau lingkungan melalui pencarian beberapa standar kesempurnaan, seperti keterampilan fisik, sosial, atau kreatif.

Kebutuhan Sistem 
Masing-masing subsistem menharuskan bahwa kebutuhan-kebutuhan fungsi harus dipenuhi dan mekanisme pengaturan tetap utuh untuk mempetahankan kestabilan dan keseimbangan. Kebutuhan fungsi dipwnuhi melalui upaya individual sendiri atau melalui bantuan dari lingkungan. Kebutuhan ini mencangkup perlindungan, pemeliharaan, dan stimulasi. Perlindungan mengacu pada menjaga keamanan individu dari pengaruh yang membahayakan saat system tidak dapat mengatasinya, menjaga individu dari ancaman yang tidak diinginkan, dan mengatasi ancaman atas nama individu (Grubbs, 1980). Pemeliharaan berarti mendukung perilaku adaktif individu yang adekuat melalui pemeliharaan, pelatihan, dan kondisi- kondisi yang mendukung perilaku yang sesuai. Stimulasi meningkatkan kelangsungan tumbuh- kembang. Berbagai bentuk stimulasi digunakan untuk tujuan yang berbeda guna mempertahankan atau meningkatkan kestabilan perilaku.
Individu menggunakan berbagai mekanisme pengaturan dan pengendalian untuk mengevaluasi dan memilih perilaku yang diinginkan. Mekanisme ini dipelajari melalui pengalaman dimasa kanak- kanak dan biasanya diinternalisasi di masa dewasa. Tiga tipe utama mekanisme pengaturan dan pengendalian yang digunakan individu adalah biofisiologis, psikologis, dan sosiokultural. Mekanisme ini memberikan pantauan dan umpan balik. Mekanisme- mekanisme tersebut memandu perubahan- perubahan perilaku dan mengordinasi di antara subsistem.
 Pola perilaku
Masing- masing system dan subsistem mengembangkan respons- respons yang berpola, berulang dan bertujuan untuk membentuk suatu unit fungsional yang terorganisasi dan terintegrasi. Respon- respon yang berpola ini menentukan interaksi dari subsistem, system, dan  lingkungan. Pola perilaku menetapkan hubungan system atau orang dengan benda- benda, peristiwa, dan situasi dalam lingkungan. Pola- pola ini teratur, bertujuan dan dapat diprediksi yang mempertahankan efesiensi system.
Dalam pandangan Jhonson, tujuan keperawatan adalah mempertahankan, memulihkan, atau mencapai keseimbangan stabilitas dalam system perilaku klien. Jika system seseorang tidak dapat beradaptasi atau menyesuaikan dengan tekanan lingkungan eksternal, maka perawat bertindak sebagai kekuatan pengatur eksternal untuk memodifikasi atau mengubah struktur atau memandu kebutuhan fungsi guna memulihkan kestabilan.
Model ini hanya dapat diterapkan untuk individu yang system perilakunya terancam atau potensial terancam oleh ketidakstabilan. Model ini sangat berguna dalam proses keperawatan untuk individu yang sakit. Model mencakup aspek biopsikososial kesehatan; namun demikian, model perkembangan juga dapat dibutuhkan untuk pengkajian dan analisis keperawatan yang lengkap. Model dari Jhonson tidak menguraikan dengan jelas pengaturan lingkungan tempat keperawatan terjadi, tidak juga membahas kebutuhan pemeliharaan dan promosi kesehatan seseorang.

D.     Asumsi-asumsi Dalam Teori Tingkah Laku
Keperawatan adalah suatu ilmu terapan dan suatu kiat,yang menggunakan keempat bentuk pengetahuan.Ilmu adalah suatu landasan penngetahuan yang teratur,terdiri atas konsep dan istilaah khusus,kepercayaan saling berkaitan,fakta,prinsip,hokum,teori dan metode penelitian yang digunakan dalam pendidikan,penelitian dan praktik. Ilmu keperawatan memadukan sintesis dan penerapan pengetahuan ilmu biofisik,perilaku,dan humanistik,di sertai dengan studi tentang hubungan perawat dengan klien merekan dan lingkungan dalam konteks kesehatan.Dasar pengetahuan ini dengan cepat berubah dan meluas karena di tungjsn oleh penelitian dan teori baru yang menyediakan informasi tambahan. Perawat menerapkan dasar pengetahuan yang luas ini melalui berpikir kritis,keterampilan psikomotor dan tindakan interpersonal untuk membantu klien mencapai potensi kesehatannya yang optimum. Kiat keperawatan adalah proses hubungan interpersonal dan interaksi antara orang-orang dan perawat didalam lingkungan sosial selama pemberian asuhan keperawatan.ilmu dan kiat keperawatan ini secara kreatif diterapkan didalam proses keperawatan melalui pemikiran kritis.
Pada tahun 1984 Benner menguraikan lima cara berbeda perawat berpikir dan bertindak,yang didasarkan pada pembelajaran dan pengalaman mereka.Benner menemukan bahwa tingkat praktik perawat secara langsun berhubungan dengan tingkat pengetahuan,pengalaman dan keahlian perawat.Lima tigkat keahlian keperawatan yang diidentifikasikan Benner adalah pemula lanjut,kompeten,terampil,dan aahli.
Penggunaan model keperawatan
Beberapa perawat secara konsisten menggunakan model keperawatan dalam praktik mereka.banyak model keperawatan dan perkembangan yang unik dapat diterapkan dalam praktik keperawatan.Model tersebut memberikan kerangka rujukan yang dapatv diterapkan pada setiap komponen dari proses keperawatan.penggunaan keterampilan dalam berpikir kritis  dalam setiap komponen proses keperawatan disajikan dalam table.
Proses keperawatan adalah aktivitas yang mempunyai maksud yaitu praktik keperawatan yang dilakukan dengan cara sistematik.selama proses keperawatan,perawat menggunakan dasar pengetahuan yang komprehensif untuk menkaji status kesehatan klien,membuat penilain yang bijaksana dan diagnosis,mengidetifikasi hasil akhir kesehatan yang diinginkan klien,dan merencanakan menerapkan,dan mengefaluasi tindakan keperawatan yang tepet guna mencapai hasil akhir tersebut.keterampilan berpikir kritis secara kontinu digunakan agar dapat setelah itu,beberapa pemuka perawat,sebut saja Abdeellah Orlando,Wiedenbach,Hall,Henderson,LIvine,dan rogers.mengembankan dan menerbitkan pandanga mereka tentang keperawatan.
Beberapa metode telah digunakan untuk mengembankan model keperawatan.pada awalnya,ketika para perawat mendapan pendidikan lebih lanjut dan menjadi terbiasa dengan teori dari disiplin lain mereka mengenali bahwa teori ini berguna dalam menjelaskan tindakan keperawatan.Teori-teori tersebut di pinjam dari disiplin lain.contoh pendekatan ini adalah teori system sebagai dasar un tuk model dasar perilaku Johnson untuk keperawatan (1980).Dengan mengenali pentinnya peran yang dimainkan teori dalam mengembankan disiplin ilmiah,dan kesadaran bahwa teori dalam disiplin lain tidak memadai untuk menggambarkan keperawatan.para perawat mulai mengembankan teori mereka sendiri.
            Tindakan meminjam teori dari disiplin lain mendapatkan keritik dari beberapa perawat karena rendahnya keaslian dan inovasi.demikian halnya beberapa perewat holistic berargumentasi bahwa model keperawatan saan ini kurang adekuat mengetetengahkan keseluruhan klien dan bahwa model yang lebih luas dan fenomenologik diperlukan dalam keperawatan.kritikan lain terhadap model keperawatan adalah bahwa model-model tersebut secara relative kurang berkemban sebagai teori dalam istilah yang lebih sempit.Masalah ini mungkin behubunagan dengan kurannya kejelasan tentang apa yang menyusun suatu teori dan pengujian teori secara umum dan khususnya kekurangan dalam pengujian teori dalam keperawatan.
Perkembangan Model Keperwtan di Masa mendatang
Akhir-akhir ini beberapa perawat ahli teori seperti King,Roy,Parse,dan Warson terus mengembangkan dan memperbaiki model keperawatan mereka,Sementara yang lainnya seperti Orlando,Levine,dan Orem,telah mengembankan hasil karya mereka sejau seperti yang telah mereka rencanakan dimasa mendatang.Model keperawatan harus secara jelas membedakan aktivitas yang unik bagi keperawatan dan berbeda dengan disiplin kesehatan yang lain.keperawatan harus membedakan landasan pengetahuan yang terpisah atau cara yang berbeda dari penerapan pengetahuan yang sama. Teori  keperawatan di masa mendatang akan berkembang untuk menguraikan, menjelsakan, memperkirakan dan mengendalikan hasil klien. Teori yang memfasilitasi pencegahan penyakit, dan pemeliharaan promosi dan pemulihan dari potensi kesehatan optimum klien perlu dikembangkan lebih jauh.
Proses Keperawatan menurut Jhonson
           
Grubbs mengembangkan satu alat penilaian berlandaskan tujuh subsistim Jhonson, satu subsistim dia tambahkan  "penyembuhan, "yang difokuskan pada aktivitas sehari- hari . Aktivitas sehari- hari meliputi area seperti pola dari sisa, kebersihan, dan rekreasi. Satu diagnose dapat dibuat berhubungan dengan ketidakcukupan atau pertentangan pada satu subsistim atau di antara subsistim. Perencanaan untuk implementasi dari kekhawatiran keperawatan harus mulai pada taraf subsistim dengan hasil terakhir dari fungsi secara cenderung tingkah laku dari keseluruhan sistem. Implementasi oleh perawat kepada  klien merupakan satu kekuatan eksternal untuk memanipulasi dari subsistim kembali status dari equalibrium. Evaluasi hasil dari implementasi ini kemungkinan siap jika posisi seimbang yang  telah didefinisikan selama tahap perencanaan yang terjadi sebelum implementasi.

Penilaian

            Pada tahap penilaian dari proses keperawatan, terkait ke area subsistim spesifik yang dikembangkan. Holaday, Little, dan Damus mengajukan bahwa fokus penilaian pada subsistim berhubungan dengan penulisan masalah kesehatan.
Satu penilaian berlandaskan subsistim tingkah laku tidak mudah bagi perawat untuk mengumpulkan keterangan terperinci tentang sistem biologi. Penilaian  terkait ke subsistim affiliative yang difokuskan pada satu pebuatan nyata yang berpengaruh pada pada sistem sosial lain dimana perorangan merupakan  satu anggota. Pada penilaian dari subsistim ketergantungan, perhatian adalah bagaimana memahami perbuatan seseorang perlu mengenal secara signifikan terhadap hal lain, sehingga nyata berpengaruh pada lingkungan sekitarnya sehingga dapat  membantu individu dalam menemui kebutuhan itu. Penilaian dari subsistim ingestive akan membahas masalah masukan makanan dan cairan, yang meliputi lingkungan sosial dimana makanan dan cairan dicernakan. Subsistim eliminasi menghasilkan pertanyaan yang  berhubungan ke pola pembuangan air besar dan urinaria serta dimana proses tersebut terjadi.
Penilaian Subsistim seksual meliputi keterangan tentang pola dan perilaku seksual individu. Subsistim agresif menghasilkan pertanyaan tentang  bagaimana individu melindungi diri mereka sendiri dari ancaman untuk memenuhi kebutuhan akan  keselamatan. Akhirnya, subsistim perampungan mempertimbangkan pernyataan bagaimana perubahan lingkungan perorangan untuk memudahkan pemenuhannya kembali.
Ada banyak celah tentang keterangan seluruh  individu jika model sistem tingkah laku Johnson hanya memandukan penilaian. Ada data physiologcal kecil pada status riwayat kesehatan individu. Mungkin eksepsi ketika satu status kesehatan rusak ditunjukkan  oleh subsistim  ingestive atau subsistim eliminative. Pola hubungan keluarga hanya disinggung pada affiliative dan subsistim ketergantungan. Keterangan dasar yang berhubungan dengan status Pendidikan, status ekonomi, dan jenis tempat tingal juga berhubungan cukup besar dengan komponen- komponen subsistim. Bagaimanapun, faktor ini dengan jelas diidentifikasi sebagai satu aspek penting dari semua subsistim.

Diagnose
           
            Berdasarkan teori sistem perilaku menurut jhonson yang menngambarkan giagnose cukup rumit. Diagnose cenderung umum ke satu subsistim agak dibandingkan spesifik terhadap satu masalah. Grubbs telah mengajukan empat catagories dari rawat diagnoses memperoleh dari Johnson sistem tingkah laku modelkan.

1. Ketidakcukupan satu status yang mana berada ketika satu subsistim tertentu bukan berfungsi atau mengembangkan ke kapasitas paling penuh ini sehubungan dengan kekurangan dengan kebutuhan fungsional.

2. Pertentangan satu perilaku itu tidak menjumpai gol dimaksud. incongruency biasanya membohongi di antara aksi dan gol dari subsistim, walau cocok dan pilihan betul-betul mempengaruhi aksi tidak efektip.

3. Ketidakcocokan gol atau perilaku dari dua subsistim pada keadaan yang sama menikai dengan satu sama lain ke kerusakan dari perorangan.
4.      Kekuasaan perilaku di subsistim sesuatu dipergunakan lebih dari lain subsistim dengan tanpa melihat keadaan ro ke kerusakan dari subsistim yang lain.

            Sejak Johnson belum pernah menulis tentang penggunaan dari diagnose rawat dengan dia modelkan, ini sulit untuk mengevaluasi apakah klasifikasi diagnostik ini adalah Johnson atau kalau mereka adalah satu ekstensi dari pekerjaannya johnson oleh Grubbs.







E.     Soal Latihan

1.      Apa yang dimaksud dengan perilaku?
2.      Sebutkan komponen- komponen subsistem dalam teori tingkah laku model Jhonson!
3.      Sebutkan tiga aspek yang ada dalam tingkah laku individu!
4.      Apa inti pokok dalam teori perilaku Jhonson dalam konseptual keperawatan?
5.      Apa pengaruh teori dan konsep keperawatan pada proses keperawatan?




DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A. Aziz , Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, 2006 , Jakarta :Salemba Medika
Gaffar S.kp, La Ode Jumadi ,  Pengantar Keperawatan Profesional , 1999 ,Jakarta : EGC
Christensen, Paula. J, Proses keperawatan: Aplikasi Model Konseptual , 2009 , Jakarta : EGC
Soekidjo, Natoatmojo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku , 2007 , Jakarta : PT. Rineka Cipta
Joyce, Marcella L, Arsitektur dan Perilaku Manusia , 2001 , Jakarta : PT. Grasindo
Goble, G. Frank, Mashab Ketiga : Psikologi Humanistik Abraham Maslow , 2010, Yogyakarta : Kanisius
Herijulianti, Eliza , Pendidikan Kesehatan Gigi , 2002 , Jakarta : EGC
Soekidjo, Natoatmojo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku , 2007 , Jakarta : PT. Rineka Cipta
Swanburg, Russel. C , Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan : Untuk Perawat klinis , 2000 , Jakarta : EGC
Corner, S. S. , Harbour, L. S. , Magers, J. A. , and Watt, J. K. , Nursing Theorits and Their Work , St. Louis : Mosby- Year  Book
Jurnal : B. Ann Bettencourt dan Amelia Talley,  Kepribadian dan Perilaku Agresif Di bawah Memprovokasi dan Netral, 2010. University of Missouri-Columbia. Diakses tanggal 20 mei 2012
Artikel : Muhammad Muttaqin, Teori- teori Kepemimpinan , 2011, diakses tanggal 10 mei 2012
Artikel : Nandry Dermawangsyah , Teori Keperawatan Calista Roy, 2012, diakses tanggal 10 Mei 2012
Artikel : Evie Alviatus , Teori Keperawatan Dorothy E. Jhonson, 06 januari 2010.
Diakses tanggal 10 Mei 2012

2 komentar: